11 Juli 2013
Menguji Puasa di Jalan Raya
Puasa itu artinya tidak makan, tidak minum, tidak bersetubuh, tidak memasukkan sesuatu pada lubang-lubang anggota tubuh yang intinya menyebabkan batal, di siang hari bulan puasa. Namun, makna lebih dalam dari puasa itu bukanlah demikian saja. Berpuasa itu merupakan latihan menahan hawa nafsu dari berbuat yang bukan-bukan.
Sejatinya, di luar definisi di atas, puasa adalah menahan diri dari segala niat busuk yang biasanya selalu muncul dari dalam diri. Menahan diri dari marah, menahan diri untuk tidak menghasud, menahan diri untuk tidak sombong dan dengki, misalnya, merupakan ejawantah dari puasa itu. Kiranya, yang begini ini jauh lebih sulit daripada sekadar menahan makan-minum di siang hari di bulan Ramadhan.
Sekarang, mari kita pergi kita ke jalan raya. Bagi saya, jalan raya adalah medan paling tepat untuk menguji seberapa kuat kita berpuasa. Mengapa? Di jalan raya, perilaku kita sebagai manusia muncul dengan serta-merta, berbeda dengan di tempat lain. Di kantor, misalnya, seseorang bisa munafik dengan menyampaikan yang baik-baik kepada teman kerja meskipun dia sendiri menjilat atasan sambil korupsi pada saat yang sama. Di rumah, kita bisa menampak sok soleh pada tetangga, namun di saat yang sama berlaku dzalim pada orangtua. Tidak, di jalan raya kita sulit melakukan itu. Di jalan raya, perilaku dan tabiat kita cenderung muncul apa adanya.
Menggunting jalan, belok mendadak, merampas hak pelalu lintas lain, masih sering kita lihat bahkan di bulan puasa. Lihatlah bagaimana kesemrawutan lalu lintas jalan raya kita. Orang-orang yang melanggar dan arogan tersebut bukannya tidak paham pada pelanggaran yang dilakukannya, mereka justru merupakan orang yang sadar dan tahu, namun tak mau menyadari dan tak mau tahu-menahu. Jika perbuatan serampangan dapat mengurangi nilai puasa seseorang, maka sesungguhnya sangat banyak di antara kita yang sejatinya memaknai puasa dengan sekadar menahan diri dari makan dan minum, namun tak mampu menahan diri untuk mengambil hak orang lain, terutama di jalan raya.
Terus terang, bagi saya, jalan raya tetap menjadi tempat yang tepat untuk menguji emosi dan kesabaran, terutama di bulan puasa. Selamat menunaikan ibadah puasa di semua tempat; di kantor, di rumah, juga di jalan raya. Semoga kita bisa benar-benar menjadi orang yang menjalankan ibadah puasa secara sempurna.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
ya ini lebih berat dari menahan dahaga dan lapar. saya mengalaminya setiap hari...
sebelum ke india, sempat baca blog ttg klakson-mengklakson di india. waduh, ternyata benar. apalagi perempatannya gada lampu merah. berisik banget. mana suaranya nyaring dan cempreng gitu hahaha
@Mas Dardiri: ya, itulah yang bisa dibuat ujian bagi kita.
@Isma: konon di Itali juga acak adul katanya, sih, lalinnya. Kalau di Cina saya cuma lihat videonya bagaimana orang biasa saling tabrak. Entah soal klaksonnya.
Untuk para sopir wajib baca ini hehehehe
Posting Komentar