Sambal hanyalah makanan pendamping. Rawon tanpa ia tetap disebut
rawon, tapi martabat kerawonannya akan melorot. Ada juga yang kurang pas kalau
dikasih sambal (cabai), seperti nasi pecel karena kuah kacangnya sudah berperan
sebagai sambalnya.
Meskipun pendamping, sambal memberikan penegasan bagi makanan yang
didampinginya. Fungsinya mirip aksentuasi di dalam seni retorika. Intinya,
sambal memberikan kesan kuat terhadap makanan yang disertainya.
buja cabbi |
Di Sumatra, terutama Minang, sambal tidak begitu penting dibicarakan.
Lah, mau dibicarakan bagaimana kalau kuahnya saja pakai cabai? Wajar kalau jika
mereka ngomong pedas biasanya tidak pakai manis-manis. Pedas, ya, pedas. Pedasnya
pun berasa nikmat.
Sambal di Madura Kuno adalah "buja cabbi", cuma garam dan
cabai. Keseringan makan sambal ini bikin omongan selalu polos, kadang terkesan
lugu. Pedasnya pedas lugu yang kalau apes jadi wagu.
Khazanah masakan Nusantara sangat kaya. Rempah-rempahnya luar
biasa. Begitu pula dengan sambal-sambalnya. Setiap daerah memiliki sambal yang
khas, yang tentunya semua itu dipengaruhi oleh keanekaragaman hayati dan
kekayaan floranya. Sambal adalah identitas budaya.
Oh, ya, hampir lupa. Cabai, sebagai bahan utama sambal, mengandung
vitamin C yang baik. Ia menjadi jahat hanya kepada organ yang sedang
bermasalah, seperti asam lambung. Menurut Tomy Aditama, afinitas rasa pedas cenderung masuk ke paru-paru, sedangkan kesedihan adalah unsur logam yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kerja paru-paru. Dengan begitu, makan cabai (baik dalam wujud sambal) dapat mengurangi kesedihan., tentunya dengan takaran
yang bijak. Panas yang dihasilkan ini juga menghangatkan limpa lambung yang
lemah atau dingin.
Jika Anda baru saja bertengkar dalam debat debat copras-capres 2019, ajak damai lawan Anda ke warung bakso. Ambil sambal yang banyak. Selamat tinggal kesedihan. Selamat datang kepedasan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar