13 Maret 2019

Jurnalisme Begini


Kemarin, saya nemu postingan “Jurnalisme Begini” di Facebook. Sontak saya tertawa, ingat betapa banyak berita sejenis di dunia maya. Ternyata benar, berita seperti itu sebetulnya sudah sering saya lihat, saya temukan, tapi nyaris tidak pernah saya baca. Mungkin pernah juga baca laporan atau berita yang begitu, tentu saja kalau ada waktu yang sangat senggang dan kurang kerjaan saja.

Yang dimaksud Jurnalisme Begini adalah selalu adanya unsur kata “begini” (atau sejenisnya) di dalam setiap judulnya. Untuk apa? Entah, mungkin untuk merangsang rasa penasaran dari pembaca. Adakalanya, rasa penasaran itu diciptakan dengan cara ‘tipuan’ kecil yang lain, semisal penomoran atau pemeringkatan disusul penonjolan satu butir peringkat tertentu, seperti “Tujuah Alasan Orang Berkunjung ke Madura, Nomor 3 Bikin Tidak Percaya!”. Masa ada judul berita seperti ini? Ternyata memang ada, dan ternyata banyak pembacanya.

Berita itu dituturkan secara jelas. Berita itu dijelaskan dengan jelentreh. Judul tidak boleh mengandung kata bersayap. Bahasanya tidak boleh metaforis, kecuali dengan tanda khusus, seperti penggunaan tanda petik. Setahu saya, begitulah aturan-aturan dasarnya. Entah mengapa akhir-akhir ini kode etik sepertinya berubah.  

Latar belakang munculnya “Jurnalisme Begini” kiranya  adanya anggapan pembaca kita, pembaca sekarang, dianggap seringkali punya rasa penasaran yang tinggi (kepo) terhadap berita-berita baru yang langsung menyebar cepat seperti virus (viral). Kalau tidak penasaran, maka jurnalisme macam itulah yang akan merangsangnya dengan judul semacam itu.  Nah, agar pembaca penasaran, maka dipasanglah “begini” di judul, tapi umumnya tidak segera dijelaskan dalam paragraf-paragraf awal. 

Contoh judul:
"Prabowo Menolak Duet Dengan Nissa Sabyan. Jokowi Bilang Begini"
"Seorang Blogger Bikin Berita Jurnalisme Begini. Ini Komentar Netizen
"Jomblo Semangkin Meningkat di Tahun Politik. Begini Tanggapan Syaharini."

 ***

Sebetulnya, YouTube pun sama saja, hanya gayanya berbeda. Di YouTube, orang lebih suka gaya  “yang paling”, “yang ter” dan model “pemeringkatan”. Contoh: Sepuluh Masakan Terlezat di Dunia", padahal, ya, enggak juga, makanannya yang itu-itu juga. Harapan pemberitaan model ini adalah naiknya jumlah penonton dan pengikut (subscriber) karena ia akan berhubungan dengan iklan dan/atau monetasi.

Ada-ada saja orang cari kelakuan, eh, cari pekerjaan!


3 komentar:

Edi Winarno mengatakan...

Ada 13 alasan kenapa belakangan saya jarang nulis di blog. Urutan 11 sungguh seperti tak masuk akal. Lengkapnya begini.

Marom AlBanna mengatakan...

Dan pasti itu di opera news dan sejenisnya, hehe....

M. Faizi mengatakan...

@ Edwin: ha, ha, ha. Sungguh ini kumintar yang mimang dan lamtas

@ Marom: apakah yang dimaksud opera news itu? saya kurang mengerti

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) bani (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturahmi (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) syawalan (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog