03 Desember 2008
BASA BASI
Si Tanya: "Pak, bagaimana hasil panen kali ini?''
Si Jawab: "Yaah.. Alhamdulillah, lumayan.''
Si Tanya: "Dapat untung berapa?"
Si Jawab: "Ya, sedikit, Pak, cuma lima juta."
Si Tanya: "Modal berapa?
Si Jawab: "13 jutaan.."
Untung besar saja ngomongnya lumayan. Coba kalau rugi, akan mengeluh seperti apa, ya, Si Jawab ini. Begitulah, kita memang benar-benar selalu merasa kurang terhadap pemberian.
Si Tanya: "Dapat juara berapa, Kang?"
Si Jawab: "Juara harapan, Boss! Situ?"
Si Tanya: "Saya juara 2."
Si Jawab: "Wah, lumayan, ya! Tapi, sebetulnya saya gak nyangka lho masuk final.. Saya ikut kompetisi ini tanpa persiapan."
Si Tanya: "Tanpa persiapan saja Situ masuk final, coba persiapan lebih lama, pasti juara pertama.."
Si Jawab: "Saya hanya bersiap dua bulan. Tapi, sebetulnya naskah saya dipuji juri, lho, Boss. Sayang, kata ketua dewan jurinya, naskah saya kurang sublim dan masih butuh editing pada bagian-bagian awalnya.."
Sudah dapat juara harapan, bilangnya tanpa persiapan. Sudah dapat penghargaan, mengajukan alasan untuk mengeluh macam-macam. Itulah kita, penuh basa-basi dan kurang pandai bersyukur. Coba kalau Si Jawab ini dapat juara pertama: apa kata dunia!!?
Pernah megalami hal seperti ini, kan? Basa-basi itu memang tidak dapat dipungkiri. Eufimismus, yang dikenal tidak hanya di Timur melainkan juga di Barat, merupakan salah satu bukti keberadaan basa-basi. Bahasa iklan umumnya basa-basi.
Oya, kalau iklan caleg yang dipajang di tepi-tepi jalan itu, yang menampilkan foto tokoh jadi ganteng-gagah dan cantik-muda karena rekayasa komputer, boleh tidak dianggap basa-basi
.....asalkan
yang jadi sponsornya bukan partai politik, tapi "Sampoerna A Mild").
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hahaha...
Posting Komentar