Ibu kos menyuguhkan sepiring kue dan segelas kopi instan (komentar adikku; kopi instan sejenis coffeemix ini sih bukan kopi, tapi lebih mirip sirup) yang hampir terasa hambar karena kebanyakan air. Aku menyeruputnya sambil bercerita ini-itu tanpa tema pembicaraan.
Suasana menjadi kurang asyik ketika Ibu Kos bertanya, "Sudah bekerja?''
Apa yang mesti kujawab? Aku sudah akil-baligh. Aku tahu, yang dimaksud ''bekerja'' oleh Si Ibu ini adalah ''menjadi PNS'', atau: duduk di sebuah ruangan, datang setiap hari, melakukan aktivitas yang sama selama sepekan, berlibur bersama anak bini di hari Ahad, dan menerima gaji di akhir bulan.
"Pekerjaan saya banyak, Bu!'' jawabku. Si Ibu tersenyum, bukan tanda bahagia, melainkan karena tidak paham. ''Bekerja'' dan ''pekerjaan'' dibentuk dari akar kata yang sama, ''kerja''. Namun, pengertiannya, apalagi dalam konteks pembicaraan ini, tetaplah berbeda.
Pada saat itu, terbayang olehku, saat melintasi rumput setinggi lutut, di jalanan setapak berkelok dan licin, di bawah gerimis, tanpa senter dan payung, bersama rasa cemas akan pagutan ular, untuk datang ke acara sarwah. Itulah salah satu ''pekerjaan''-ku setiap Senin malam setengah bulan sekali.
Sedih..
Kudengar ada orang yang menjual kunci jawaban seharga 26 juta pada saat tes ''Calon''-PNS kemarin. ''Calon'' saja dibeli 26 juta. Orang nekat seperti ini jelas karena dia punya mertua seperti ibu kos-ku, atau ingin kos di tempat kosku dulu, lalu pula kampung, dan setelah bertahun -tahun kemudian akan bertamu pada ibu kosnya, sehingga mantab menjawan saat ditanya, "Sudah bekerja?''
Deja Vu !!
2 komentar:
ada orang berkata bahwa indonesia jadi negara yang dililit kemiskinan karena penduduknya banyak yang tidak punya "pekerjaan". Apa hal ini kontekstual dengan cerita ini?
hahaha...
Posting Komentar