Menurut Aploh, cerita pendek ini tidak dimuat di rubrik budaya koran minggu, tapi benar-benar terjadi di sebuah TPS, pada Pemilu 1999 yang lalu:
“Mbah, kok lama?”
Dari bilik suara, seorang kakek-kakek yang hanya kelihatan kopyahnya tidak menoleh sedikit pun ke arah sumber panggilan. Si Embah ini sudah sangat lama berada di dalam bilik. Ukuran lamanya tentu jika diitung dengan waktu yang seharusnya dihabiskan untuk hanya sekadar mencoblos. Paling-paling, tidak sampai setengah menit,
“Mbah, sudah?”
“Sebentar, tinggal sedikit lagi. Nih saya coblos semua, satu-satu, kok sulit rasanya, ya?!!”
semoga, pemilu 9 April 2009 medatang tidak banyak terjadi kesalahan dan penipuan
3 komentar:
Hmm, sebuah keinginan untuk bertindak "adil"...
Amien.Semoga tidak terjadi banyak kesalahan dalam PEMILU yang akan datang ini. Karena mbah abdina yang buta huruf waktu PILKADA Pamekasan kemaren, hanya bisa membedakan gambar orangnya, bahwa yang pake' kopiyah putih itu K. Khalil. Sedangkan sekarang hanya daftar nama saja. Bagaimana jadinya ya?
Amien...Semoga saya juga dak termasuk generasi kakek itu...; Bimbang memilih golput atau pengecut..
Posting Komentar