Pada suatu saat di tahun 2005...
“Pool tidak jauh lagi, kan?” Saya mengajukan konfirmasi, tanpa perasaan maksud bertanya, dan dengan air muka orang yang seolah-olah berpengalaman di Jakarta.
“Nggak begitu jauh...”
Segera saya telepon adik sepupu, memberikan perintah agar segera meluncur dari kost untuk menjemput di Lebak Bulus, pool Lorena-Karina. Tapi, karena kantuk mata mengalahkan segalanya, tertidurlah saya pun dengan asyiknya. Handphone di saku celana pun melorot tanpa terasa.
Entah berapa lamanya kemudian, baru saya terjaga. Bus melaju dengan kecepatan, dalam perkiraanku, 80 KM per jam. Saya bangkit dari kursi dan maju ke depan sambil kulihat sisi kiri-kanan jalan. Ah, sepertinya, kok?
* * *
“Pool masih jauh?” Kali ini, saya bertanya dengan nada agak sumbang, dengan air muka mengandung keraguan.
“Hampir…” jawab salah satu dari awak bis itu dengan sekali toleh, dingin.
Saya duduk kembali, tak berani tidur. Cukuplah sisa perjalanan 22 jam dari rumah, dengan segala acara bonus macetnya, dinikmati saja.
Bis masuk keramaian. Tapi, perasaan ini kok memberontak bahwa saya sedang dalam arah yang salah? Ah, ini tampaknya bukan pemandangan yang pernah saya lihat beberapa tempo sebelumnya. Dan ternyata… ini Bogor. Ya, Karina mau masuk pool Bogor, karena tadi (mungkin) sudah masuk Lebak Bulus dan saya tertidur.
* * *
Meskipun saya datang dari Madura memang mau pergi ke Bogor, tapi karena acara masih esoknya dan saya harus ke Ciputat lebih dulu di hari itu, saya pun balik jalan. Dengan rasa capek yang membuncah, saya ikut bis—kalau tak salah—Agra Mas dari Baranangsiang dengan tujuan Lebak Bulus. Saat masuk bis, ternyata saya adalah penumpang satu-satunya, yang masuk pertama. Saya pikir, berapa lama lagi, ya, bis ini akan berangkat? Musik mengalun, “Jujur”. Itulah saat pertama kali saya mendengarkan lagu—yang belakangan diketahui dari—band Radja yang kebetulan berada di pamuncak kemasyhurannya. Capek dan kesal campur aduk.
Makanya, sampai sekarang, setiap kali mendengar lagu ini mengalun, memori saya langsung terbawa pada hal-hal yang mengandung capek dan kesal: ketiduran, Baranangsiang, Karina. Itulah mengapa pula harus dikatakan: “Jujur, aku tak suka “Jujur”!
6 komentar:
maab mampir dulu, mata udah nggak kuat mbaca, udah ngantuk
"jujur kukatakan: aku suka kejujuran"
@achen: sudah bangun?
@Dzaki: beda
hehehhehehe....ini ngantuk lagi pak....
hihihihiih...kalo gitu jujur aku suka judi (rhoma irama)...^_^
hihihi "jujur" itu nomor kesekian, yang penting pede...
@Achen dan Isma: komentar baru ditemukan, hahaha... jujur lho saya ini
Posting Komentar