-->
Setelah bangun pagi dan menyeruput secangkir kopi panas, aku dan tuan rumah yang kusambangi, bersantai di kebun belakang yang asri.
“Aku buru-buru. Aku mau ke Solo,” kataku padanya, pamit.
“Bawa saja mobilku!”
Jawabannya setengah kuduga. Terbayanglah perjalanan menyenangkan ke Solo hari itu. Semua akan berjalan lancar. Sayangnya—kalau harus kubilang “sayangnya”, semua kendaraan yang ditawarkan si empunya rumah bertransmisi otomatis. Menyesal diriku tak membiasakan diri dengan kendaraan macam ini.
“Hanya Xenia.”
“Ya, gak apa-apa lah, yang penting ada bensinnya,” aku berseloroh. Maksudku, sekali dayung, dua pulau terlampaui.
Kami pergi ke garasi. Tapi, saat mobil Xenia itu dipanaskan untuk berangkat, kulihat jarum kontrl bensin itu—ah—menunjuk ke hurup E: kosong!
“Waduh, ini kontrolnya mati atau bagaiamana?”
Dia melhat, betul-betul kosong. “Oya, ya, maaf, kemarin di atas separo, kok.”
“Jadi, bagaimana mobil ini bis samapai Solo?”
“Ya, biar kuisi penuh dulu.”
Aku tersenyum, nyaris tertawa.
Karena hari ini hari Jumat, aku ngajak Mamat agar berangkat habis shalat. Tos, sepakat. Ketika kami berdua telah berada di dalam kabin, aku mengusulkan sesuatu.
“Mat, kita sudah gratis mobil dan bensin. Masak buat makan siang saja tak ada yang gratis?”
Mamat tidak menjawab, dia hanya tertawa. Namun, aku yakin, tawanya adalah tanda setuju, suatu persetujuan. Langsung kutelepon Bang Hendrik, si empunya rumah makan Kinantan (Seturan).
“Bang, ada di warung?”
“Iya, kamu di jogja, tah?”
“Iya Bang, saya mau ke situ, ya! Eh, Bang, masih jaulan lontong Medan tidak?
“Iya, kemari saja.”
Singkat cerita, kisah manis terulang siang itu, semanis es teh yang disuguhkan selepas menghabiskan satu porsi lontong medan .
Alhamdulillah. Rezeki Allah sungguh tersebar luas di mana-mana. Masih banyak lagi, yang tentu tak cukup kutuliskan di halaman blog yang sempit ini. Ya, Allah, jadikan aku makhluk yang pandai berskuyur. Siapa bilang di dunia ini tak ada yang gratis? Jika semua harus “dibayar dengan uang”, keseimbangan akan sulit tercapai: yang kayak makin kaya, yang miskin makin miskin, kata Rhoma Irama.
Jazakumullah Khairal jaza'
15 komentar:
Lain kali jika ada acara "tambahan" seperti itu saya mau ikut. sungguh ini!
Amiiin... (untuk doanya)
Aserngot (untuk es tehnya)
Ngalodu' eber (untuk "jhejeh"nya...)
Amiiin... (untuk doanya)
Aserngot (untuk es tehnya)
Ngalodu' eber (untuk "jhejeh"nya...)
@Apokpak: kodu "apokpak" mun terro enga' ituwah
@Partelon: panjenengan......
he..he...he...
mator sakangkong
"kodu "apokpak" mun terro enga' ituwah", bhuh, apokpakah usa de'budi kol 12... Partajeh!
Ndak, Nom. tidak ada "ke belakang jam 12"-nya. Saya tidak tahu menahu dengan itu :-)
Sampeyan saja ang ahli kemudian di pentalkan ke sya, hi...hi...hi... keCCa' Sampeyan, Nom...
ternyata banyak yang masih gratis di dunia ini ya.... :-)
maap) angangah ka langgi' ..... 100 % haratizzzz ... kwkwkwkwkwkwwkw
@a-chen: ya, betul. cuma kita senang yang bayar :-)
@Rama EO: saya di-EO-in, Boss
Sampeyan sukanya TRANSMISI MANUAL,tp kalaW Lontong Medan gratisan, langsung MATIC dg sendirinya. Hihihi... Sampeyan sudah lucu Kak...
Sa biyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasa.....
kalo bayar sendiri rasanya terlihat gagah ya Pak...hehehe
"Terlihat gagah?"
he...he...he....
meskipun bayar pakai kartu kredit, he...he....
Leburrr
@Edi: iya, karena nyaman dan gratis
Posting Komentar