Kira-kira tahun 1985, saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, antara kelas 5 atau 6, saya gemar membongkar-bongkar buku untuk dibaca di perpustakaan sekolah. Namun, perpustakaan yang saya maksud bukanlah perpustakaan madrasah ibtidaiyah tempat saya menuntut ilmu, melainkan Perpustakaan Madrasah Tsanawiyah Putri Annuqayah yang dikelola oleh kakek saya dan terletak di samping rumah).
Koleksi buku di perpustakaan tersebut sangat terbatas. Barangkali, karena alasan inilah kegemaran saya ini terbentuk. Meskipun tidak secara lahap, fiksi maupun nonfiksi, semua saya baca tak pandang buku. Di antara bahan bacaan yang paling saya suka adalah buku-buku inpres bertema ilmu pengetahuan alam. Buku-buku ini bergambar dan sifatnya serial, antara lain buku tentang sejarah kereta api, batu-batuan, listrik, mesin uap, dan pesawat terbang. Sayangnya, tidak satupun buku yang saya ingat judulnya, kecuali buku tentang pesawat terbang—kalau tidak salah—berjudul “Wilbur Wright Bersaudara” (untuk kategori non-fiksi) dan “Jarot Pahlawan Cilik” (untuk kategori fiksi).
Selang beberapa minggu, bukan alang-kepalang saya gembira ketika melihat seorang petugas pos datang membawa amplop berwarna coklat. Saya buka; wow! Sebuah buku. Ya, itu buku yang tempo hari saya minta. Beruntung, dan kebetulan sekali, buku yang saya terima adalah buku fiksi kesukaan saya. Buku tersebut adalah buku kumpulan cerita pendek karya Darwis Khudori, “Gadis dalam Lukisan”.
Siang itu, tepatnya tahun 2006, saat saya membaca sebuah buku kumplan cerpen berjudul “Odah dan Cerita Lainnya” karya Mohammad Diponegoro, entah mengapa tiba-tiba saya teringat buku kumpulan cerpen yang saya baca 21 tahun yang silam itu. Mendadak muncul keinginan untuk mencari tahu, di manakah si penulis buku “Gadis dalam Lukisan” itu kini berada.
Berdasarkan alamat emailnya, saya menduga, Pak Darwis Khudori tinggal di Perancis. Segera saya layangkan sebuah email kepadanya. Isi email tersebut antara lain berisi testimoni seorang pembaca kepada seorang penulis, tentang sebuah keinginan untuk mengenal lebih jauh sang sastrawan. Kurang dari sebulan, Pak Darwis membalas.
Itulah kisah perjumpaan saya dengan sebuah buku (pertama) yang membangkitkan hasrat saya untuk menulis. Saya berusaha mengingat-ingat kembali kenangan itu sekarang, tentang sebuah keinginan yang kuat, tentu agar saya bersemangat lagi, kembali berapi-api.
4 komentar:
Boleh sekiranya saya tahu alamat email Pak Darwis? Terima kasih.
sudah saya kirimkan ke alamat anda
kumpulan cerpen Gadis dalam Lukisan sudahkah diterbitkan?
yang baru dikumpulkan dalam kumcer "Orang-0Rang Kotagede"
Posting Komentar