Rosi, pemilik Motorola T190, cukup berbangga dan boleh bergaya angkat kepala menghadap ke langit jika sedang menelepon. Dia merasa sebagai satu-satunya pemilik ponsel yang paling kecil di antara kawan-kawan se kos, apalagi jika diadu dengan 5110 kepunyaanku. Motorola T190 memang sangat mungil bentuknya dibandingkan dengan Nokia 5110 yang bongsor.
Sayangnya, si Fahrur Rosi (dia susah menyebut Rozi; atau karena dimirip-miripkan dengan si Valentino Rosi) ini punya kebiasaan sembrono. Dia suka tidak mengunci pintu kamar meskipun sering tidur tak pakai celdam. Dan suatu hari, HP motorola TI90-nya itu diembat si kawan yang entah dari mana juntrungnya. Ponsel pun hilang seperti dibawa angin.
Rosi bersedih, tapi sebentar saja. Bukan karena dia banyak uang, tapi memang karena begitulah cara dia menyikapi keadaan. Dia selalu slenge'an dan santai menghadapi situasi apa pun,. Sambil duduk di depan kos, dia berdoa: “Ya, Allah, biarlah HP saya hilang. Semoga Engkau segera menggantinya dengan yang lebih besar.. Amin.”
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian. Si Rosi sudah mampu membeli ponsel Motorola lagi, sama-sama HP bekas juga. Kali ini tipe 2288 yang bongsor dan jauh lebih gede ketimbang T190 itu. Dia datang ke saya dan bilang, “Alhamdulillah, saya sudah punya handphone lagi. Tuhan telah mengabulkan permintaan saya sesuai dengan redaksi doa: ponsel yang lebih besar..!!”
Dan saya merasa tidak perlu memberinya fatwa agar mengubah redaksi doanya menjadi "Tuhan, berilah hamba ganti ponsel yang lebih bagus. Saya kira, Rosi bahagia dengan ponselnya itu, dengan yang lebih besar.
2 komentar:
Berarti=
"lebih besar dan bongsor" belum tentu lebih baik. Apa yang lebih baik itu memang mesti harus "yang lebih cepat"?
Anonim: maaf, tidak terbalas komentar Anda.
saya tidak paham pada frase "yang lebih cepat" karena tidak termasuk dalam oposisi yang dibcarakan di atas. Apa, ya, kira-kira?
Posting Komentar